Intro...
Sejak episode 3, saya mulai menemukan beberapa scene yang bikin cekikikan dan scene yang touchy... So, saya akan menyajikan trivia tentang beberapa scene yang menurut saya menarik. Selain itu, seperti janji saya sebelumnya, saya akan perkenalkan beberapa pemeran pembantu (yang menurut saya penting....) pada setiap episode....
Ini dia... beberapa pemeran tambahan di episode 4:
![]() | ||
Lee Hee Do sebagai Gong Jae Myung, Kepala saudagar tempat Tae Won bekerja. |
![]() |
Im Ho sebagai Kang Sun Ho, Opsir di Biro Kepolisian dan merupakan Ketua Organisasi Mata-Mata |
![]() |
Lee Bong Won, sebagai Yang Dong Goo, seorang sipir di Biro Kepolisian |
Kisah the Flower in PrisonEpisode 4
Pagi itu....
Entah kebetulan atau memang sengaja ingin bertemu Yoon Tae Won (Sepertinya gadis muda ini mulai menyukai pria itu...he,he,he....), Ok Nyeo berada di Dermaga Samgae. Yoon Tae Won melihatnya, dan seperti biasa, ia menyapanya, “Hei, nak...” dan dibalas oleh Ok Nyeo dengan merengut. Ok Nyeo tidak datang untuk minta tolong. Namun, justru Tae Won lah yang meminta tolong padanya untuk memperkenalkannya dengan seorang pencuri.
Siapa lagi? Pastilah Chun Doong pilihannya. Ok Nyeo memperkenalkan Tae Won pada Chun Dong. Entah apa yang direncanakan pria itu kali ini. Yang jelas, malamnya, Tae Won dan Chun Dong terlihat mengendap-endap ke rumah Oh Dal Joong, Kepala Divisi Kebijakan Harga yang sebelumnya menampar Taw Won. (Ingat kan? Di Episode 2).
Tae Won meminta Chun Doong mencuri di rumah Oh Dal Jong. Pagi harinya, Oh Dal Joong datang tergesa-gesa menemui Tae Won dan menyetujui apa yang diminta Tae Won sebelumnya. Pria itu sepertinya sangat membutuhkan banyak uang dalam waktu dekat.
Malam harinya, Do Chi membawa sekelompok preman bertemu Tae Won. Tae Won tampaknya emang suka melakukan hal-hal berbahaya. Malam itu, mereka akan menyusup ke gudang Divisi Kebijakan Harga. Tae Won beserta para brandalan itu mencuri semua persediaan beras dan gandum di gudang tersebut, dan menggantinya dengan pasir dan bekatul.
Esok harinya, Tuan Gong Jae Myung benar-benar marah mendengar apa yang telah dilakukan Tae Won dan Do Chi. Ia merasa marah karena mereka membuatnya seolah-olah menjadi penjahat karena telah menukar ransum yang seharusnya diberikan pada masyarakat dengan pasir dan bekatul. Namun, mendengar ucapan Tae Won, Tuan Gong menjadi terhenyak dan nyaris tidak bisa berkata apa-apa....
Pembaca yang budiman...
Tadinya saya berfikir bahwa Yoon Tae Won tidak lebih dari seorang brandalan tampan yang jago beladiri, sehingga ia mampu mengendalikan sejumlah preman untuk berbuat apa saja yang ia ingini agar bisa mendapatkan banyak uang. Namun,,, alasannya mencuri beras di gudang milik Divisi Kebijakan Harga membuat pandangan saya sedikit berubah....
Yoon Tae Won menjelaskan bahwa ransum yang ada di Gudang Divisi Kebijakan Harga tidaklah pernah didistribusikan kepada masyarakat. Para pejabat menimbunnya, dan kemudian menjualnya untuk kepentingan mereka sendiri. Meski bertahun-tahun masyarakat hidup kelaparan dan mati kelaparan, para pejabat korup tersebut lebih suka membiarkan ransum itu membusuk di gudang daripada mendistribusikannya kepada masyarakat. Whew.....
Yups.... di era tersebut, korupsi, kolusi dan nepotisme memang sangat marak di kalangan pejabat pemerintah. Suap-menyuap adalah hal biasa.
Pada titik ini, saya mulai sadar bahwa ternyata Yoon Tae Won adalah orang yang berpendidikan. Namun, entah kenapa pemuda itu memilih hidup sebagai seorang brandalan....
Kejadian ini membuatnya semakin tertarik untuk mengenal Tae Won. Setelah mengusir Tae Won keluar dari ruangan tersebut, pedagang itu duduk tercenung, dan kemudian tersenyum... (ha....? Mungkin ia baru menyadari sesuatu yang istimewa pada pemuda itu...)
***
Pada saat yang sama di Jeonokseo....
Jeonokseo baru menerima tahanan baru, sebagian dari Ming. Tiba-tiba insiden terjadi saat Bendahara Ji memeriksa setiap tahanan yang baru datang. Seorang tahanan dari Ming (yang tidak bisa berbahasa Joseon) tiba-tiba menyandera Bendahara Ji. Ia berteriak dan menyatakan dirinya tidak bersalah.
Mendengar kejadian tersebut, Ok Nyeo langsung berlari ke tempat kejadian. Ia tidak ingin ayah angkatnya terluka. Ia mencoba membujuk tahanan tersebut (dalam bahasa Ming tentunya...). Hal ini membuat semua orang heran. Sejak kapan Ok Nyeo bisa Bahasa Ming? Karena merasa semakin terdesak oleh Ok Nyeo, tahanan tersebut tiba-tiba melepaskan Bendahara Ji dan gantian menyandera Ok Nyeo.
Suasana semakin tegang. Para pengawal Joenokseo tidak bisa berbuat apa-apa, karena tahanan tersebut memegang pisau. Kemampuan Ok Nyeo lainnya yang dipelajari dari Park Tae Soo akhirnya terlihat. Apalagi kalau bukan ilmu menotok urat syaraf? Ya,,, pada posisi yang tepat, Ok Nyeo menotok salah satu urat syaraf pria tersebut, dan tahanan itupun terjatuh.
Semua bersorak...
Semua semakin kagum terhadap Ok Nyeo...
Semuanya semakin menyayangi Ok Nyeo...
***
Malam harinya...
Ok Nyeo menceritakan kejadian tersebut pada gurunya Park Tae Soo. Ok Nyeo menceritakan cita-citanya untuk menjadi sipir di Biro Kepolisian. Ia ingin mencari tahu siapa ibunya dan siapa yang membunuhnya. Ia juga menceritakan bagaimana ibunya meninggal setelah melahirkannya, dan sebelumnya pingsan di depan Jeonokseo.
Ok Nyeo memperlihatkan sepasang cincin peninggalan ibunya kepada Park Tae Soo. Di satu titik, pria tua itu membaca tulisan yang terdapat di bagian dalam cincin, yakni ‘Lee Ho.’ Itu adalah nama kecil Raja Injing – raja terdahulu yang meninggal 8 bulan setelah penobatannya.
Menurut Park Tae Soo, mungkin ibu Ok Nyeo adalah salah satu wanita di istana Dongungjeon. Pria itu pernah mengingat suatu momen di mana Raja Injong membagikan cincin tersebut pada semua dayang dan pelayan istana. Berdasarkan informasi itu, Ok Nyeo meminta tolong pada Chun Doong untuk menemukan mantan pelayan maupun dayang di Istana Dongungjeon.
Chun Doong menemukan seorang mantan pelayan salah satu putri di Istana Dongungjeong. Mereka berdua menuju rumah tersebut dan mencoba meminta informasi tentang para pelayan kala itu. Namun, dengan ekspresi cemas, takut, dan agak kasar, wanita tua itu mengusir mereka.
***
Sementara itu.... di Dermaga Samgae...
Yoon Tae Won meminta izin pada Do Chi untuk pulang lebih awal dibanding hari biasa. Hari ini adalah peringatan hari kematian ibunya. Sedikit demi sedikit, rahasia tentang diri pemuda itu mulai terkuak...
Berbekal makanan favorit ibunya yang dibawakan Gyo Ha (pimpinan Sosoru), Yoon Tae Won mengunjungi makam ibunya. Ia duduk termenung di sana dalam waktu yang cukup lama. Ingatannya melayang pada kejadian saat ia berumur 14 tahun. Saat itu, ibunya terbaring lemah di rumah dalam keadaan sakit, tanpa obat, dan bahkan tanpa makanan.
Pada akhirnya, ibunya meninggal tanpa sempat diobati, meski ia telah berusaha kesana-kemari mendapatkan uang. Air mata terlihat mengalir di wajahnya. Ah.... di balik sifatnya yang periang, ternyata pemuda itu menyimpan duka yang sangat dalam....
Hingga tahap ini, misteri tentang siapa Tae Won belum terungkap. Namun, dari pembicaraannya dengan Gyo Ha, sepertinya Gyo Ha dan ibunya dulu bersahabat. Atau mungkin ibu Tae Won dulunya seorang Kisaeng juga?
***
Chun Dong menemui Ok Nyeo di Jeonokseo. Ia tampak cemas dan ketakutan. Ia menyampaikan kepada Ok Nyeo untuk menyerah mencari tau tentang ibunya. Entah kenapa, Chun Dong menemukan bahwa semua pelayan dan dayang istana kala itu ternyata telah meninggal, meskipun usia mereka masih terlalu muda.
Esok harinya...
Ok Nyeo kembali mendatangi rumah wanita tua yang merupakan mantan pelayanan di Istana Dongungjeon. Ok Nyeo kaget bukan main mengetahui kalau wanita itu baru saja dibunuh. Gadis itu berlari sekencang-kencangnya menjauhi rumah tersebut.
Di satu titik, jauh dari rumah tersebut, Ok Nyeo berhenti. Gadis itu tertunduk. Ia merasa impiannya untuk menemukan siapa dirinya kini semakin jauh.....
5 tahun sudah berlalu...
Musim berganti....
Ok Nyeo kini sudah berubah menjadi wanita dewasa....
***
Lee Ji Ham kembali berulah. Sepertinya orang tua nyentrik itu sudah bosan hidup di luar Jeonokseo. Dengan pakaian khasnya, jubah panjang, sepatu kayu yang tinggi, dan topi kayu mirip periuk, pria tua itu dengan sengaja menghalangi jalan yang akan dilalui rombongan Jung Nan Jung. Ia berlagak seperti petugas lalu lintas yang tidak membolehkan rombongan lewat.
Tanpa rasa takut, orang tua itu menyemprot Jung Nan Jung dengan bahasa yang kasar. Mungkin di seluruh Jeonokseo, hanya dia yang berani berkata seperti itu, mengingat betapa berkuasanya Tuan Yoon, suami Jung Nan Jung.
Alhasil.... Lee Ji Ham kembali lagi ke Jeonokseo.
Lee Ji Ham bukanlah orang gila (tapi... rada-rada sinting mungkin iya kali....). Pria tua itu sepertinya seorang cendekiawan yang memiliki pengetahuan luas. Ia adalah satu-satunya orang di Joseon yang menguasai Kitab Perubahan dengan begitu sempurna. (Tentu saja,,, ilmu itu sudah ia turunkan pada Ok Nyeo).
Pria itu hanya tidak tahan melihat keangkuhan dan keserakahan Jung Nan Jung. Setelah berada di selnya, ia menyampaikan pada Ok Nyeo bahwa ia tidak tahan melihat tingkah korup para pejabat sementara kelaparan melanda hampir seluruh negeri. Baginya, berada di Jeonokseo jauh lebih nyaman daripada di semua tempat di Joseon.
Saya benar-benar cekikikan melihat adegan lucu ini...
Orang tua yang aneh............
***
Yoon Tae Won kembali merencanakan sesuatu. Mereka akan menyerang rombongan organisasi pedagang milik Jung Nan Jung yang akan melakukan transaksi malam itu. Mereka mengenakan seragam Biro Kepolisian dan menyergap rombongan. Berhasil....
Jung Nan Jung marah besar.... Namun, ia sepertinya tahu bahwa pasukan yang menyerang organisasinya bukanlah pasukan Biro Kepolisian.
***
Ok Nyeo akan mengejar impiannya menjadi sipir di Biro Kriminal, yang saat itu sedang mengadakan seleksi untuk sipir baru. Meski tidak disetujui Bendahara Ji, Ok Nyeo mengikuti seleksi. Ia mengikuti seleksi dasar, test beladiri, hingga test wawancara. Ia bahkan mengalahkan peserta terbaik dari kelompok pria. Ia tampil sebagai peserta terbaik....
Dari kejauhan, seorang pria, yang merupakan Kepala Biro Kriminal, mengamati Ok Nyeo.....
Opsir Yang Dong Goo merasa bahwa Ok Nyeo adalah peserta terbaik yang pernah ia uji selama ini. Ia hafal semua aturan hukum pidana. Ia juga menghafal semua sandi nasional...
Namun, ia gagal...
Menurut sang opsir, Ok Nyeo terlalu berbakat untuk menjadi seorang sipir. Sebuah alasan yang tidak masuk akal.... Park Tae Soo sepakat bahwa Ok Nyeo terlalu berbakat untuk ukuran seorang sipir. Ok Nyeo merasa kecewa, namun orang-orang di Jeonokseo justru merasa senang Ok Nyeo gagal.
Ha,ha,ha.... kalau Ok Nyeo menjadi sipir di Biro Kriminal, siapa lagi yang akan menceriakan suasana di Jeonokseo...?
***
Di istana...
Ibu Suri merasa cemas, karena saat ini seorang utusan Ming sedang berada di Joseon. Ia yakin bahwa pria itu membawa sentimen yang kurang baik. Utusan Ming tersebut sebenarnya berasal dari Joseon, namun ia melarikan diri ke Ming ketika keluarganya dihabisi beberapa tahun sebelumnya.
Benar saja....
Utusan ming tersebut memiliki surat yang akan dibawa ke Ming. Surat tersebut memuat cerita rinci tentang rencana meracuni raja terdahulu (15 tahun yang lalu). Ia mengatakan bahwa Ming akan mengusut tuntas cerita di balik rencana meracuni Raja Injong. Ibu Suri meminta Tuan Yoon membungkam utusan Ming tersebut, agar tidak mengungkit masa lalu.
***
Scene terakhir...
Sipir Yoo Geum menyuru Ok Nyeo ke Sosoru untuk membeli minuman bagi sipir yang akan bertugas malam. Ternyata... sekelompok orang berpakaian hitam-hitam sedang mengikutinya. Ok Nyeo akhirnya sadar dan melakukan perlawanan....
Namun....
Ok Nyeo belum memiliki seorang pahlawan yang siap melindunginya setiap saat, ha,ha,ha
***
Closing:
Apa yang akan terjadi pada Ok Nyeo?
Apa sebenarnya rencana Tae Won menyerang organisasi Jung Nan Jung?
Nantikan di the Flower in Prison Episode 5
Nantikan di the Flower in Prison Episode 5
No comments:
Post a Comment